berharap suatu saat dia membaca tulisanku.

Ini cerita kuceritakan karena aku teringat pertama kali aku setuju tinggal di rumah mertuaku.

Saat itu bulan Januari aku hamil besar sedang dalam perjalanan pulang menuju Makassar..
Pesawat itu sore sekitar jam 4.
Aku tidak sempat makan siang karena suamiku bekerja hari itu.. dan menyempatkan pulang sebentar mengantarku menuju bandara pulang ke makassar..
Aku di bekali cokelat dan air minum oleh suamiku.
Tidak terpikir oleh ku bahwa di atas pesawat aku akan kelaparan dan cokelat tidak cukup mencukupi rasa kelaparanku.
Saat itu perut ku sudah besar sekali. Aku hamil 8 bulan.
Ketika sampai di makassar sudah magrib dan aku memesan grab utk langsung krumah mertuaku karena suamiku memintaku utk langsung sampai dirumah mertuaku.
Entah suamiku mengatakan atau tidak kepada mertuaku.. bahwa aku akan dtg menuju langsung rumahnya dari bandara.
Ketika sampai aku berharap ada makanan yang dapat kucicipi apalagi saat itu aku lapar sekali berharap mama mertuaku memasak makan malam..tapi saat itu tidak ada makanan dirumah samasekali.
Akhirnya aku tidur dengan perut lapar dan hanya meminum air putih.
Aku lelah sekali karena saat dikosan jakarta aku mempacking barang yang kutinggal di jakarta dirapikan tidak djbawa ke makassar sendirian dikamar karena suamiku bekerja seharian, akupun membereskan kamar sebelum berangkat. Aku malu untuk memesan makanan di rumah mertuaku karena aku juga baru datang disamping aku lelah dan banyak pikiran. Mertuaku pun mengajakku bicara mungkin beliau lupa menanyakan aku apakah aku sudah makan atau belum. Akhirnya kusudahi pembicaraan karena lelah. Aku hanya memilih tidur dan kecewa dalam hati. Aku teringat masa masa dulu saat aku baru2 jadi menantu dan suamiku datang dari jakarta semua orang sibuk kepasar membeli bahan makanan dan memasak makanan kesukaan suamiku. Dan itu terjadi sampai sekarang. Aku tau aku bukan anak langsung dan hanya menantu.
Tapi jika saya segan utk bertanya apakah ada makanan di rumah, apa tidak lebih baik aku tinggal dirumah ku sendiri? Aku bisa memesan makanan yang ku mau atau aku bisa meminta sepupu ku datang bermalam untuk memasakkan aku.

Suami diperlakukan istimewa di rumahku.
Setiap suamiku mau datang, mamaku selalu bertanya apa yang disuka suamimu..  nanti mama belikan..
Mamaku sudah menganggap suamiku seperti anaknya sendiri.
Beliau memperlakukan suamiku betul betuk seperti anaknya sendiri. Bahkan lebih. Karena kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
Bapak mamaku selalu mengajarkan ku untuk menomorsatukan suamiku.
Semua yang kusiapkan harus baru, sprei baru, handuk baru, menyiapkan makanan dan minuman.. semua kulayani dengan baik. Bahkan jika aku tidak ada mama bapak lah menggantikan peranku, khususny mamaku. Jika aku sakit mama memasakkan untuk suamiku. Sempat pula memasukkan cucian baju suamiku dan menjemur baju suamiku. Semua mama bantu saya walaupun mama langsung beritahu jika kamu sibuk perhatikan baju suamimu.Semuanya. Walaupun demikian mama mengerti keadaanku. Aku sayang sekali dengan mamaku
Di rumahku, suamiku istimewa.
.


Tapi di rumah keluarga suamiku, aku menumpang. Aku harus mandiri semuanya. Tidak bisa berharap mamaku. Apalagi ketika suamiku datang.
Mama mertuaku selalu berharap aku mengurusi semua nya tentang suamiku. Sebenarnya aku bisa melakukan itu semua, tapi jika aku lelah seperti hamil 9 bulan masih diminta memasak, menyiapkan segalanya untuk suami, bagiku berat. Tapi kujalani karena aku tinggal di rumah mertuaku. Seandainya aku tinggal dirumah ku sendiri aku pasti bisa menyampaikan pada suamiku bahwa aku sedang berat utk melakukan segala hal dan tidak perlu segan pada mama mertuaku karena tidak bisa memasakkan suamiku. Tidak bisa melayani suamiku saat itu. Aku tidak enak menolak permintaan mama..
Tidak enak merepotkan semua yang dilakukan jadi serba salah..

Mama juga sering memintaku untuk bangun tengah malam, jika suami mu datang siapkan makanannya. 
Aku tidak pernah mendengar hadist yang mengatakan istri atau bahkan wanita hamil besar bahwa jika suami datang istri wajib menunggu jika waktunya tengah malam
Rasullah bahkan mencontohkan tidak mau mengganggu waktu istrinya istirahat jika pulang tengah malam dan memilih tidak mengetuk pintu..
Tak perlu seperti rasul..pasti aku bangun.. membukakan pintu.. 






Komentar

Postingan Populer